Waspada Layar Digital: Orang Tua Diajak Ciptakan Ruang Aman bagi Anak

Semarang, UP Radio – Menyambut Hari Anak Nasional 2025, Asosiasi Pengusaha Sahabat Anak Indonesia (APSAI) Kota Semarang bersama Forum Media SAPA, Puspaga, dan Yayasan Anantaka menggelar talkshow bertema “Waspada Layar, Ciptakan Ruang Aman bagi Anak”, di Gedung Merby, Jumat( 11/07) yang peserta diskusi hangat seputar dampak layar digital terhadap anak.

Diskusi ini menjadi pengingat pentingnya kolaborasi antara orang tua, pendidik, hingga pelaku usaha dalam membangun ekosistem digital yang aman dan sehat untuk anak-anak.

Kepala Bidang PPUG DP3A Kota Semarang, Sih Wahyu Nurhastanti, dalam sambutannya menegaskan pentingnya peran keluarga sebagai pelindung utama anak di era digital yang serba terbuka.

[the_ad id="40097"]
Advertisement

“Ini mencakup menciptakan lingkungan yang aman dan sehat, baik secara fisik maupun mental, serta memberikan pendidikan tentang literasi digital. Konten negatif di internet dapat memberikan dampak buruk bagi perkembangan anak, mulai dari gangguan otak, masalah emosional, hingga kecanduan,” ujarnya.

Direktur Yayasan Anantaka, Tsaniatus Solikah, atau akrab disapa Ika, mengingatkan para orang tua untuk tidak gagap teknologi. Ia menyoroti tren konten tak layak yang mulai menyusup lewat game maupun aplikasi media sosial yang dikonsumsi anak-anak.

“Aplikasi game anak-anak sekarang ini banyak memuat video dengan adegan dewasa. Bahkan, dari media sosial dan game ini, sudah ada kasus anak-anak menjadi korban penipuan hingga prostitusi online,” jelasnya.

Ika menekankan, kewaspadaan orang tua tak boleh hanya sebatas soal durasi penggunaan gadget, tetapi juga harus peka terhadap jenis konten yang dikonsumsi anak.

Sementara itu, psikolog dari Puspaga Kota Semarang, Desi Maulia, menegaskan bahwa komunikasi yang hangat dan terbuka dalam keluarga merupakan benteng utama perlindungan anak dari bahaya digital.

“Anak-anak belum memiliki kemampuan berpikir secara matang. Karena itu, orang tua perlu menjadi pendengar aktif dan membangun komunikasi yang sehat sedari dini,” ujarnya.

Menurut Desi, masa usia dini adalah waktu emas untuk membangun kedekatan emosional antara orang tua dan anak agar anak merasa aman bercerita, termasuk ketika menghadapi persoalan digital.

Selain talkshow, rangkaian kegiatan ini juga dimeriahkan oleh pameran seni bertajuk “Gadis Kecil”. Lima pelukis cilik: Jehan Kamilia, Mahira Alifarahma, Aliya Iffa, Tanisha Maleka, dan Keisha Sabrina memamerkan karya mereka mulai 11 hingga 25 Juli 2025.

Melalui sapuan warna yang ekspresif, lukisan-lukisan mereka bercerita tentang proses tumbuh, pencarian jati diri, dan perasaan-perasaan kecil yang perlahan belajar menjadi dewasa. Warna-warna yang ditampilkan bukan hanya hiasan visual, tetapi menjadi bahasa jiwa yang menyentuh hati pengunjung. (ksm)

[the_ad id="40099"]
Advertisement