Waspada!! Leptospirosis di DIY Tembus 282 Kasus, Ini Cara Mencegahnya

afiche50x70_v2

Yogjakarta, UP Radio – Kasus penyakit Leptospirosis atau yang lebih dikenal sebagai “penyakit kencing tikus” di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) terus menjadi sorotan. Data Dinas Kesehatan DIY mencatat, hingga Juli 2025 sudah ada 282 kasus tersebar di lima kabupaten/kota. Kabupaten Bantul menempati posisi tertinggi dengan 165 kasus, disusul Sleman (53 kasus), Kulonprogo (32 kasus), Kota Yogyakarta (21 kasus), dan Gunungkidul (11 kasus).

Dosen Fakultas Kedokteran Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta, Henny Cloridina, mengingatkan bahwa Leptospirosis disebabkan bakteri Leptospira sp., yang banyak ditemukan pada tikus, anjing, babi, sapi, dan kambing. Tikus menjadi sumber utama, karena bakteri ini hidup di ginjal hewan tersebut dan keluar lewat urin.

“Faktor pemicunya ada empat, yaitu lingkungan yang kotor dan banyak genangan, kondisi individu yang rentan, faktor sosial ekonomi seperti pemukiman kumuh, serta perilaku tidak menjaga kebersihan,” jelasnya.

[the_ad id="40097"]
Advertisement

Leptospirosis kerap meniru gejala penyakit lain seperti DBD atau malaria. Penderitanya bisa mengalami demam tinggi, nyeri otot terutama di betis, sakit kepala, menggigil, batuk, hingga diare. Dalam kondisi berat, kulit dan mata tampak kuning (penyakit Weil) serta jumlah urin berkurang drastis.

Langkah Pencegahan

Henny membagikan beberapa cara untuk menekan risiko penularan:

  1. Menjaga kebersihan lingkungan dan menghindari genangan air.
  2. Mencuci tangan dengan sabun, memakai alat pelindung diri bila bekerja di area berisiko.
  3. Mengendalikan populasi tikus dengan perangkap dan menyimpan makanan dengan aman.
  4. Mengenali gejala awal agar penanganan bisa segera dilakukan.

Jika sudah terinfeksi, Henny menyarankan segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan, minum air putih yang cukup, beristirahat, dan mengikuti anjuran dokter termasuk pemeriksaan laboratorium.

Fakultas Kedokteran Unisa Yogyakarta, kata Henny, juga siap turun langsung membantu. “Kami bisa menggelar sosialisasi dan mengirim tenaga kesehatan untuk pemeriksaan di kegiatan bakti sosial bila diperlukan,” tegasnya.

[the_ad id="40099"]
Advertisement