Semarang, UP Radio – Universitas Persatuan Guru Republik Indonesia Semarang (UPGRIS) kembali menorehkan capaian akademik strategis dengan mengukuhkan tiga profesor baru pada akhir tahun 2025.
Pengukuhan guru besar baru ini menjadi penanda konsistensi UPGRIS dalam memperkuat mutu sumber daya manusia, pengembangan ilmu pengetahuan, serta kontribusi nyata bagi masyarakat.
Tiga Guru Besar yang dikukuhkan masing-masing adalah Prof. Dr. Wiyaka, M.Pd. dengan kepakaran Assessment in English Language Learning, Prof. Dr. Listyaining Sumardiani, M.Hum. di bidang Teaching English Method, serta Prof. Dr. Sutrisno, S.E., M.M., M.Pd. di bidang manajemen sumber daya manusia dan kewirausahaan UMKM.

Dengan pengukuhan ini, jumlah guru besar di UPGRIS bertambah menjadi 11 profesor.
Rektor UPGRIS Dr. Sri Suciati, M.Hum. menyampaikan bahwa lahirnya tiga profesor baru merupakan anugerah besar yang menutup tahun 2025 dengan penuh rasa syukur dan optimisme.
“Pengukuhan tiga profesor baru ini adalah anugerah luar biasa di penghujung tahun 2025. Ini bukan hanya prestasi individu, tetapi juga prestasi institusi yang diharapkan memberi manfaat besar bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan masyarakat luas,” ujar Dr. Sri Suciati, saat acara pengukuhan Guru Besar di Balairung UPGRIS, Selasa (30/12/2025).
Sepanjang tahun 2025, UPGRIS mencatat berbagai capaian strategis yang membanggakan. Di antaranya adalah Akreditasi Unggul, peningkatan peringkat internasional, serta prestasi nasional yang mengukuhkan posisi UPGRIS sebagai salah satu perguruan tinggi swasta unggulan.
UPGRIS saat ini berada di peringkat 58 ASEAN dan 158 Asia, serta masuk Top 5 Employability ASEAN. Selain itu, UPGRIS meraih peringkat 1 Indikator Kinerja Utama (IKU) perguruan tinggi swasta saintek nasional dari Kemendikbud Saintek untuk kategori perguruan tinggi dengan jumlah mahasiswa lebih dari 10 ribu.
“Capaian ini menunjukkan bahwa orientasi UPGRIS pada mutu, relevansi lulusan, dan daya saing global berada di jalur yang tepat,” tegas Dr. Sri Suciati.
Dalam orasi ilmiahnya, Prof. Dr. Wiyaka, M.Pd. menyoroti pentingnya perubahan paradigma penilaian dalam dunia pendidikan, khususnya pada pembelajaran bahasa Inggris.
Ia menilai rendahnya hasil tes kemampuan akademik nasional menjadi sinyal perlunya evaluasi menyeluruh terhadap metode asesmen yang selama ini digunakan.
“Selama ini siswa terlalu banyak dilatih menghafal, bukan berpikir tingkat tinggi. Asesmen otentik mendorong siswa menganalisis, mensintesis, dan mencipta, bukan sekadar mengingat,” tegas Prof. Wiyaka.
Sementara itu, Prof. Dr. Listyaining Sumardiani, M.Hum. menekankan perlunya redefinisi pengajaran bahasa Inggris di tengah pesatnya digitalisasi dan perkembangan kecerdasan buatan.
Menurutnya, teknologi harus dimanfaatkan sebagai peluang tanpa menghilangkan nilai kemanusiaan dalam pendidikan.
“AI dan teknologi digital memberi peluang pembelajaran yang lebih personal, tetapi tantangannya adalah menjaga sisi humanis, etika, dan keamanan teknologi agar pendidikan tidak kehilangan ruhnya,” ungkap Prof. Listyaining.
Dari bidang manajemen, Prof. Dr. Sutrisno, S.E., M.M., M.Pd. menegaskan bahwa penguatan UMKM tidak cukup hanya mengandalkan digitalisasi, melainkan harus ditopang oleh kualitas sumber daya manusia yang unggul.
“Digitalisasi hanyalah alat. Kunci daya saing UMKM adalah human capital yang mampu menciptakan produk bernilai, berkarakter lokal, namun kompetitif di pasar global,” jelas Prof. Sutrisno.
Menutup keterangannya, Rektor UPGRIS Dr. Sri Suciati, M.Hum. menyampaikan kesiapan kampus dalam menghadapi regulasi baru terkait guru besar serta target pengembangan ke depan.
UPGRIS menargetkan penambahan lima guru besar baru pada tahun 2026 serta menyiapkan 12 program studi untuk diajukan pada akreditasi internasional AQUIN dari Jerman.
“UPGRIS adalah perguruan tinggi yang adaptif. Aturan apa pun akan kami hadapi dengan strategi dan kerja bersama demi kemajuan institusi,” pungkasnya.
Dengan pengukuhan profesor baru dan deretan capaian tersebut, UPGRIS optimistis melangkah ke tahun 2026 sebagai perguruan tinggi unggul yang berdaya saing global dan tetap berpijak pada pengabdian kepada masyarakat. (shs)


