Alumni PPG Ajarkan nilai Adab UPGRIS


Semarang, UP Radio – Universitas PGRI Semarang (UPGRIS) mengukuhkan 405 mahasiswa Program Profesi Guru (PPG) Prajabatan sebagai guru profesional.

Seluruh peserta merupakan lulusan baru yang dipersiapkan untuk memenuhi kebutuhan guru, baik di Jawa Tengah maupun seluruh Indonesia.

Rektor UPGRIS Sri Suciati menjelaskan seluruh mahasiswa PPG Prajabatan mengikuti kuliah luring selama dua semester dengan biaya sepenuhnya ditanggung pemerintah. Selain itu, mereka juga telah menjalani praktik mengajar di sekolah-sekolah yang telah ditentukan.

[the_ad id="40097"]
Advertisement

“Mudah-mudahan mereka segera memenuhi kebutuhan guru di Jawa Tengah bahkan Indonesia,” ujar seusai Yudisium Mahasiswa PPG Prajabatan di Balairung UPGRIS, Sabtu (4/10).

Selain PPG Prajabatan, UPGRIS juga mengelola PPG Dalam Jabatan bagi guru yang sudah mengajar, tetapi belum memiliki sertifikat pendidik. Saat ini jumlahnya mencapai 3.500 peserta.

“Kami berharap pemerintah dapat menuntaskan guru-guru yang sudah mengajar, tetapi belum bersertifikat. Insya-Allah tahun ini selesai, sehingga tahun depan tinggal menyelesaikan yang prajabatan,” ujarnya.

Sri Suciati menyampaikan mahasiswa PPG tidak hanya dibekali dengan kurikulum resmi dari pemerintah, tetapi juga melalui penguatan pendidikan karakter.

“Guru harus menjadi teladan. Karena itu pendidikan karakter sangat penting, agar mereka bisa digugu dan ditiru oleh siswanya,” ujarnya.

Termasuk menanamkan nilai Adab UPGRIS, yakni adaptif, antusias dan berintegritas sebagai pedoman bagi mahasiswa maupun lulusan. Nilai ini diharapkan menjadi bekal menghadapi tantangan zaman, baik dalam pembaruan ilmu pengetahuan maupun teknologi pembelajaran.

“Mereka harus adaptif, selalu update, melaksanakan tugas penuh antusias dan paling penting berintegritas. Tanpa integritas, antusiasme dan kemampuan adaptif tidak ada artinya,” ujarnya.

Sri Suciati menyebut para calon guru juga telah disiapkan secara mental untuk menghadapi realitas profesi, termasuk tanggung jawab besar yang melekat.

“Mereka sudah menyadari bahwa menjadi guru kadang harus siap disalahkan ketika ada masalah dengan siswa. Karena itu kami berharap seluruh lulusan benar-benar memiliki panggilan jiwa sebagai pendidik,” pungkasnya. (pai)

[the_ad id="40099"]
Advertisement