Semarang, UP Radio – Universitas PGRI Semarang kembali mencetak Doktor Linguistik setelah Dosen Program Studi Sastra Daerah di Universitas PGRI Semarang Sunarya S.S, M.Hum menyelesaikan Program Studi S3 Linguistik di Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) Surakarta dengan melaksanakan Ujian terbuka (7/3).
Dalam desertasinya Sunarya menilai Bahasa Jawa sebagai sistem tanda mempunyai sifat arbitrer dan konvensional dan dalam kearbitrerannya bahasa menggunakan sistem yang sangat pribadi dalam tataran konvensi pemakainya yang memiliki keunikan berbeda dibanding dengan bahasa lainnya.
Menurutnya Keunikan itu terdapat pada berbagai sistem bahasa yang membangunnya, seperti sistem bunyi (fonologi), sistem kata (morfologi), sistem tata kalimat (sintaksis), dan sistem makna (semantik).
“keunikan antara aspek lingual dengan kenyataan yang digambarkan melalui unsur lingual terkecil, yaitu fonem yang mampu menggambarkan beberapa aspek yang diinginkannya, terutama dari aspek rasa. Selain dari aspek fonem, juga ditemukan kata dalam bahasa Jawa yang penggambarannya atau penamaannya didasarkan pada peniruan bunyi (onomatope) yang dikeluarkan,” tutur Sunarya.
Dalam Penelitian ini, lanjutnya, bahasa Jawa yang diturunkan dari onomatope sangat produktif, dan menunjukkan sifat khas bahasa Jawa yang afektif, ekspresif, dan emotif. Sifat khas bahasa Jawa ini tentu saja dapat ditemukan dalam berbagai penggambaran indera.
Penelitian ini nantinya dapat digunakan sebagai pembanding penelitian-penelitian sejenis dalam bahasa Jawa khususnya, dan bahasa serumpun pada umumnya.
“berdasarkan analisis fonologis dan morfologis, kata-kata yang diturunkan dari imitasi bunyi merupakan proses perkembangan bahasa Jawa yang relatif tua, sehingga proses pembentukan kata-kata tersebut dapat digunakan untuk membantu dalam menelusuri asal-usul kata atau etimologi kata-kata bahasa Jawa, khususnya yang bersifat ekspresif,” ujarnya.
Hasil identifikasi bentuk peniruan bunyi atau onomatope bahasa Jawa dan proses penurunannya juga bisa Mengidentifikasi bentuk dan makna ikon kata yang berasal dari peniruan bunyi atau onomatope bahasa Jawa, terutama terkait dengan pengalaman indera dan penamaan benda.
“onomotape juga memberikan informasi mengenai struktur fonem dan struktur kata dalam rangka proses ikonik berdasarkan pandangan semiotika yang bisa digunakan sebagai bahan pembanding dalam penelitian sejenis,” tambahnya.
Penelitian ini sekaligus membuktikan bahwa Bahasa Jawa sangat kental dengan onomatope, namun kurang mendapatkan perhatian para pimitasi bunyiIndonesia, sehingga terdapat pandangan yang mengatakan, bahwa bahasa Korea dan bahasa Jepang adalah bahasa yang paling kaya mengenai onomatope.
“Bahasa Jawa yang terbukti banyak diturunkan dari imitasi bunyi, membuktikan bahwa bahasa Jawa sangat kaya onomatope, sehingga dapat dikatakan bahasa Jawa tidak kalah kaya jika dibandingkan dengan Bahasa Jepang dan Korea,” tutup Sunarya. (shs)