BI Jateng Gelar Serial Bedah Buku Kedua Refleksi Tiga Jalan (Sejarah, Sains, Filsafat) Menuju Bangsa Beradab

Semarang, UP Radio – Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah kembali menyelenggarakan Serial Bedah Buku dengan tema “Refleksi Tiga Jalan (Sejarah, Sains, dan Filsafat) Menuju Bangsa Beradab”.

Bedah Buku seri kedua ini, pembahasan diarahkan pada pilar sejarah melalui buku 1830 karya Melissa Sunjaya dan sejarawan Peter Carey yang digelar secara casual di Kopi Nako, Kota Semarang, Selasa (26/8/2025).

Hadir sebagai narasumber utama adalah Professor Peter Carey, sejarawan dan Emeritus Fellow Trinity College, Oxford, yang dikenal sebagai pakar Pangeran Diponegoro.

[the_ad id="40097"]
Advertisement

Diskusi dipandu oleh moderator Sumi Yang, serta dihadiri lebih dari 200 peserta secara luring dan disiarkan secara daring melalui channel Youtube Bank Indonesia Jateng, terdiri dari Kepala Dinas Arsip & Perpustakaan; KepalaDinas Pendidikan & Kebudayaan; Dekan dan Kepala Perpustakaan Universitas, SMA & SMP di wilayah Provinsi Jateng; Pejabat KPw BI Solo, Purwokerto dan Tegal, akademisi perguruan tinggi mitra KPwBI Provinsi Jawa Tengah; mahasiswa serta komunitas sejarah dan komunitas membaca dan menulis di Provinsi Jateng.

Kepala kantor perwakilan Bank Indonesia Propinsi Jawa Tengah Rahmat Dwisaputra mengatakan Bank Indonesia ingin menumbuhkan kesadaran kolektif bahwa transformasi menuju Indonesia Emas 2045 hanya mungkin dicapai apabila manusia Indonesia sadar sejarah, matang secara spiritual, dan kritis secara intelektual.

“Tujuan serial bedah buku ini untuk membangun kesadaran bahwa bangsa beradab lahir dari pondasi sejarah, spiritualitas, dan filsafat; menggali nilai-nilai perjuangan dan moralitas Diponegoro untuk menjawab tantangan zaman; mendorong peserta untuk membaca secara reflektif dan mengaitkan pemikiran besar dengan dinamika kehidupan kini; serta menghidupkan budaya literasi kritis dan dialogis untuk memperkuat karakter bangsa,” ujar Rajmat.

Peter Carey, melalui presentasinya “Back to the Future: Reflections on the Java War (1825–30) and the Life of Prince Diponegoro”, menggambarkan Pangeran Diponegoro sebagai sosok berintegritas tinggi, penuh keteguhan dan keberanian, serta dikenal lugas dalam menyampaikan pandangan.

“Beliau tidak segan menunjukkan kekecewaan secara terbuka ketika menghadapi hal yang dianggap menyimpang dari nilai moral,” kata Peter.

Dijelaskan, dari karakter yang tegas dan jujur, menegaskan pentingnya warisan moral Diponegoro: integritas, keteguhan, pengorbanan, dan keberanian menegakkan kebenaran meski menghadapi kegagalan.

“Diponegoro menunjukkan kepada kita bahwa sejarah bukan hanya tentang kemenangan, tetapi tentang keberanian menjalani takdir, menjaga martabat, dan meninggalkan teladan bagi generasi mendatang,” ungkap Carey.

Buku “1830” sendiri menawarkan sembilan “pisau bedah” yang mengajak pembaca meninjau kembali warisan kolonial dan dampaknya terhadap cara pandang bangsa Indonesia hingga kini.

Melalui refleksi sejarah ini, masyarakat diharapkan tidak sekadar mengingat simbol-simbol masa lalu, tetapi juga mengolahnya sebagai pelajaran untuk menghadapi tantangan zaman, termasuk arus digitalisasi dan polarisasi opini di ruang publik.

Penyelenggaraan serial bedah buku kedua ini juga mendapat dukungan dari Pemerintah Provinsi Jateng dan Kota Semarang. Diharapkan forum ini menjadi ruang dialog lintas generasi dalam merumuskan narasi kebangsaan yang lebih inklusif dan berakar pada nilai kemanusiaan.

Serial Bedah Buku Bank Indonesia Jateng akan terus berlanjut. Pada seri ketiga mendatang, kita akan berfokus pada jalan filsafat, yang tidak hanya berbicara tentang konsep-konsep abstrak, melainkan juga tentang bagaimana manusia menimbang nilai, mencari arah hidup, dan menguji kebijaksanaan di tengah perubahan zaman.

Dengan refleksi filsafat, kita diajak untuk menyeimbangkan antara rasionalitas, spiritualitas, dan kesadaran sejarah, sehingga bangsa ini dapat benar-benar menapaki jalan menuju peradaban yang berkelanjutan. (shs)

[the_ad id="40099"]
Advertisement