Semarang, UP Radio – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Semarang menyalurkan bantuan kepada warga terdampak banjir di Kelurahan Kudu, Kecamatan Genuk, Selasa, 4 Februari 2025. Total bantuan mencapai Rp 10 juta dalam bentuk barang.
Kepala BPBD Kota Semarang, Endro P Martanto, menyatakan bahwa pihaknya mendistribusikan bantuan berupa bahan makanan dan selimut kepada warga yang terpengaruh.
Ia menjelaskan bahwa sesuai dengan pedoman dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Bantuan hanya untuk wilayah yang mengalami banjir parah yang mengganggu mata pencaharian warga.
“Banjir yang merendam wilayah Kudu selama sepekan ini telah mengganggu aktivitas sehari-hari warga akibat lamanya genangan air,” ungkap Endro usai menyerahkan bantuan.
Selain memberikan bantuan, BPBD juga melakukan asesmen untuk mengidentifikasi akar permasalahan yang menyebabkan banjir di RW 7 Kelurahan Kudu. Banjir di wilayah tersebut telah terjadi setiap tahun selama lima tahun terakhir.
Hasil asesmen menunjukkan bahwa salah satu penyebab banjir adalah limpasan dari saluran pembuangan PDAM dan tingginya curah hujan.
“Genangan air di kawasan ini tidak kunjung surut selama sekitar satu minggu. Kami akan berkoordinasi dengan Dinas Pekerjaan Umum (PU) dan Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman (Perkim) untuk melakukan peninggian talud saluran yang melimpas,” terangnya.
Ketua RW 07 Kelurahan Kudu, Ainurrofiq, melaporkan bahwa 288 rumah terkena dampak banjir dengan ketinggian air mencapai lutut orang dewasa.
Sementara sebagian kawasan sudah mulai surut, banyak rumah yang masih terendam. Selama sepekan, warga tidak dapat menjalankan aktivitas normal.
“Ini sudah satu minggu. Banyak yang mengalami kerugian materil karena tidak dapat bekerja. Aktivitas jualan pun terhambat,” ungkap Rofiq.
Ia menambahkan bahwa banjir menjadi bencana tahunan di wilayah tersebut karena RW 7 merupakan daerah terendah di Kelurahan Kudu, dengan 11 RT yang seluruhnya terendam. Meskipun kebanyakan warga bertahan di rumah masing-masing, ada juga yang mengungsi di rumah saudara.
“Sebanyak lima keluarga mengungsi, terutama yang memiliki anak kecil. Sementara yang lain masih bertahan di rumah, dengan barang-barang yang bisa kita tinggikan agar tidak terendam,” paparnya.
Selain menghambat aktivitas sehari-hari, banjir di Kudu juga berdampak pada kesehatan warga. Rofiq melaporkan adanya kasus penyakit kulit dan batuk pilek di antara warga.
“Banyak yang mulai gatal-gatal, termasuk saya sendiri. Satu anggota keluarga juga harus dirawat di rumah sakit karena batuk pilek,” imbuhnya.
Rofiq menjelaskan bahwa penyebab banjir di Kudu disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk pembuangan PDAM, curah hujan tinggi, dan kiriman air dari wilayah Sayung yang mengalami rob. (ksm)