Semarang, UP Radio – Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang, melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) mencoba mewadahi para musisi dengan membuat Album Kompilasi 30 Grup Musik Semarang dengan judul Kami Masih Ada, di Lot 28 Coffe n Bar, Selasa (22/9) petang.
Hal ini lantaran dampak pandemi Covid-19 yang memukul semua lini perekonomian, termasuk kalangan musisi yang tidak bisa menggung ataupun menerima job.
Deretan musisi asal Semarang seperti Hendra Kumbara, Tanpa Nada, Nasidaria Muda Mudi, Congrock 17 dan lainnya, sengaja diajak membuat lagu dan video klip yang kemudian dibuat menjadi satu album bertajuk Kami Masih Ada belum lama ini, Selasa (22/9) kemarin, album ini resmi dirilis sebagai bentuk kepedulian Pemkot kepada musisi disaat pandemi Covid-19.
“Ini adalah satu upaya agar temab-teman musisi ini bisa semangat dan berkreasi, kita siapkan fasilitas untuk dibuatkan album kompilasi, mereka (30 grup music, red) menuangkan kreativitas berupa menciptakan lagu dalam album ini,” kata Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi.
Pria yang akrab disapa Hendi ini menjelaskan, dengan diluncurkan album ini menjadi bentuk nyata Pemkot Semarang peduli terhadap semua lini masyarakat yang terampak korona termasuk musisi. Apalagi saat pandemi,para musisi kesulitan mendapatkan job untuk manggung ataupun mendapatkan uang.
“Lewat program ini mereka bisa berkreasi, pamer karya dan mendapatkan sedikit honor dari Pemerintah,” tuturnya.
Hendi menjelaskan, jika dicermati, memasuki bulan ke tujuh pandemi korona, aktivitas perkonomian sudah mulai merangkak meskipun belum maksimal. Tempat hiburan dan ajang pernikahan pun sudah melibatkan para musisi. Namun ia berpesan diberikannya kelonggaran ini, musisi tetap harus memperhatikan protokol kesehatan.
“Protokol kesehatan jangan lupa, jangan ceroboh, nanti malah akan membuat klaster baru. Kalau muncul, tingkat kepercayaan masyarakat akan hilang dan ngga akan percaya jika pemerintah sudah membuka gas pada sektor, sosial budaya dan ekonomi,” jelasnya.
Sementara itu, Kepala Disbudpar Kota Semarang, Indriyasari menjelaskan jika album ini menceritakan kegigihan musisi Semarang disaat pandemi. “Saat pandemi ini musisi tidak diam, mereka tetap beraktivitas dan berkreasi salah satunya menciptakan lagu,” tambahnya.
Lagu-lagu para musisi, lanjut wanita yang akrab disapa Iin ini kemudian dikemas menjadi album kompilasi, tujuannya adalah untuk menunjukkan eksistensi karya 30 musisi meskipun dihantam pendemi.
“Kita tidak fokus ke satu genre saja, semua musisi dengan karyanya kita ajak untuk buat album dan dari segi legalitas pun ada. Termasuk dari segi budaya, kami juga memberikan bantuan kepada Sobokarti karena beberapa gamelan yang mereka miliki rusak,” pungkasnya. (ksm)