DPRD Semarang Soroti Masalah Sampah: Bukan Sekadar Seremonial, Harus Ada Aksi Nyata

Semarang, UP Radio – Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Semarang meminta Pemerintah Kota serius menuntaskan persoalan sampah yang hingga kini masih menjadi keluhan warga di sejumlah wilayah.

Ketua DPRD Kota Semarang, Kadarlusman, menegaskan bahwa penanganan sampah tidak boleh bersifat sementara atau hanya seremonial.

Ia menilai upaya pengelolaan sampah harus menyentuh kesadaran kolektif seluruh lapisan masyarakat agar tercipta lingkungan yang bersih, sehat, dan nyaman.

[the_ad id="40097"]
Advertisement

“Sosialisasi memang sudah berjalan di berbagai wilayah, tetapi faktanya masih banyak tumpukan sampah di pinggir jalan dan di sungai. Kondisi ini tentu mengganggu saluran air dan memperparah genangan,” ujarnya.

Hal ini ia sampaikan saat menjadi narasumber dalam Talkshow DPRD Kota Semarang bertema Penanganan Sampah Berkelanjutan untuk Merawat Sistem Drainase, Rabu, 8 Oktober 2025.

Pilus, sapaan akrabnya, menilai rendahnya kesadaran masyarakat menjadi tantangan utama dalam mengatasi persoalan sampah.

“Kesadaran untuk menjaga kebersihan masih rendah. Banyak warga yang membuang sampah sembarangan karena tidak ada sanksi sosial yang tegas,” ujarnya.

Ia juga menyoroti masih adanya warga yang tidak ikut membayar iuran kebersihan di tingkat RT, namun tetap menghasilkan sampah.

“Kalau mereka tidak ikut urunan, lalu sampahnya mereka buang ke mana? Ini harus ada sanksi sosial agar muncul rasa tanggung jawab dan kepedulian lingkungan,” tambahnya.

Selain itu, DPRD meminta agar dinas terkait tidak saling melempar tanggung jawab ketika ada keluhan warga soal tumpukan sampah.

Pilus mengusulkan adanya koordinator khusus yang bertugas menindaklanjuti laporan masyarakat. “Bisa dari Dinas PU atau DLH, yang penting ada tim yang responsif dan terkoordinasi,” katanya.

Kepala Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kota Semarang, Suwarto, menyampaikan bahwa penanganan sampah di saluran dan sungai juga menjadi bagian dari tanggung jawab pihaknya.

DPU, lanjutnya, berkolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk komunitas dan mahasiswa, untuk mengedukasi masyarakat agar peduli terhadap kebersihan lingkungan.

“Kesadaran masyarakat tidak bisa dibentuk hanya oleh dinas. Butuh peran semua pihak, karena mengubah kebiasaan membuang sampah sembarangan itu butuh waktu dan ketelatenan,” ujarnya.

Suwarto menjelaskan, tantangan terbesar muncul saat musim hujan, di mana sampah sering menyumbat aliran air.

“Kami rutin membersihkan area sungai seperti di Semarang Barat, Kalibanteng, hingga Semarang Indah. Pompa Tawang Mas dan saluran di Kampung Kali serta Kali Semarang juga terus berfungsi dengan baik,” terangnya.

Sementara itu, pakar lingkungan Undip, Prof. Badrus Zaman, menilai penanganan sampah berkelanjutan harus tersosialisasi secara masif. Terutama di titik-titik rawan seperti Kali Semarang dan Tawang Mas.

“Warga perlu terus kita ingatkan agar tidak membuang sampah sembarangan. Karena saat hujan, sampah di TPS liar bisa menyebabkan banjir,” ujarnya.

Ia menambahkan, sebagian besar sampah di Semarang merupakan sampah organik yang sebenarnya bisa dimanfaatkan kembali.

“Sampah seperti feses ternak bisa diolah jadi biogas, kayu bekas atau palet bisa jadi kerajinan, bahkan kulit kopi bisa untuk pakan ternak. Jadi, bukan membuangnya tapi bisa memanfaatkan,” pungkasnya. (ksm)

[the_ad id="40099"]
Advertisement