Magister UPGRIS Gelar Sering #2 Berkarya Ilmiah di Masa Pandemi

Semarang, UP Radio – Setelah sukses menggelar kegiatan dalam  programnya seminar daring (Sering)  dan Panggung Daring (Paring), Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Pascasarjana Universitas PGRI Semarang kembali menyelenggarakan Sering (Seminar Daring) #2 dengan tajuk “Berkarya Ilmiah di Masa Pandemi”.

Pada gelaran Sering #2 ini menghadirkan pembicara Wakil Rektor I UPGRIS, Dr Sri Suciati M.Hum dan alumni S-2 PBSI UPGRIS Ahmad Nurul Huda M.Pd.

“Jika pada kali pertama penyelenggaraan Sering membahas tentang mengupas penulisan kratif karya sastra, kali ini kami fokus pada penulisan karya ilmiah,” ungkap Ketua Program Studi S-2 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Pascasarjana UPGRIS Dr Harjito, Rabu (10/6).

Advertisement

Antusiasme peserta tampak dari dua jam selama acara nampak dari banyak respon pertanyaan kepada kedua pembicara dalam hal proses penulisan karya ilmiah, dari mulai penggalian ide hingga karya ilmiah tersebut diterbitkan media.

Menurut Harjito, kegiatan daring ini merupakan kali ketiga yang terselenggara, selepas beberapa waktu lalu diselenggarakan pula Sering #1 dengan tajuk “Karya Bersemi di Masa Pandemi”, kemudian Paring #1 “Kami untuk Indonesia”.

“Sungguh kami tak menduga jika antusias peserta begitu besar dalam mengikuti segala kegiatan daring kami. Meski tetap kami batasi dengan hanya seratus peserta saja dalam setiap penyelenggaraanya. Hanya satu dua hari saja pendaftar sudah penuh, bahkan sudah banyak yang memesan tiket untuk kegiatan daring selanjutnya. Termasuk yang dalam waktu dekat ini akan melanjutkan Paring (Panggung Daring) #2, yang rencananya akan ada penampilan penyair yang tinggal di Belgia,” tutur Harjito.

Dalam penyampaian materinya Sri Suciati membahas mengenai tahapan dalam menulis. Pertama mengenai bagaimana pilihan media, berupa jurnal ilmiah atau media massa.

“Penting pula memperhatikan ragam tulisan, gaya selingkung media pilihan, serta etika tulisan. Kemudian mau menulis apa, pertama pilih masalah, di antaranya tentu masalah tidak terlalu luas, berangkat dari substansi yang menyebabkan orang bertanya-tanya, karya ilmiah selalu diawali dengan formulasi gap (kesenjangan), disparity (ketimpangan),” kata Sri Suciati.

Direktur Program Pascasarjana, Dr Ngasbun Egar MPd, mengapresiasi upaya yang dilakukan program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Bahkan selanjutnya, prodi S-2 PBSI juga akan berencana membuka program klinik produktif untuk pendekar pendidikan (guru dan penggiat pendidikan) dalam berkarya ilmiah, akan kian produktif dalam kondisi apa pun. (pai)

Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Advertisement