Semarang, UP Radio – Universitas PGRI Semarang (UPGRIS) memperkuat peran pengabdian kepada masyarakat melalui pelaksanaan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Semester Genap Tahun Akademik 2025/2026 dengan mengusung tema Mitigasi Bencana Berbasis Partisipasi Masyarakat.
Program tersebut diawali dengan Focus Group Discussion (FGD) Mitigasi Bencana yang digelar oleh Pusat Pemberdayaan Masyarakat dan KKN UPGRIS pada Rabu, 18 Desember 2025. Kegiatan ini menjadi langkah strategis untuk membekali mahasiswa sebelum diterjunkan ke lokasi KKN yang akan berlangsung pada 13 Januari hingga 3 Maret 2026.
Selain FGD, kegiatan juga dirangkai dengan penyegaran bagi Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) guna menyamakan persepsi terkait peran mahasiswa dalam penguatan kesiapsiagaan masyarakat menghadapi potensi bencana.
Kepala Pusat Pemberdayaan Masyarakat dan KKN UPGRIS, Arisul Ulumuddin, S.Pd., M.Pd., mengatakan tema mitigasi bencana dipilih karena lokasi KKN berada di wilayah dengan tingkat kerawanan bencana yang cukup tinggi, khususnya di Jawa Tengah.
“Lokasi KKN kami berada di Kota Semarang, Kabupaten Semarang, Kendal, Pati, dan Demak. Wilayah-wilayah tersebut memiliki berbagai potensi bencana, sehingga mahasiswa perlu dibekali pemahaman dan keterampilan mitigasi sejak awal,” ujar Arisul.
Ia menegaskan, mahasiswa KKN diharapkan mampu melakukan pemetaan kerentanan bencana di desa atau kelurahan lokasi penugasan. Pemetaan tersebut meliputi kondisi lingkungan, seperti lahan gundul yang berpotensi memicu longsor, banjir, maupun bencana lainnya.
“Jika mahasiswa menemukan lahan gundul yang berpotensi menimbulkan bencana, kami berharap mereka berempati dengan melakukan penanaman pohon sebagai bentuk mitigasi dan pencegahan,” jelasnya.
Tidak hanya mitigasi fisik, mahasiswa juga didorong untuk melakukan edukasi kebencanaan kepada masyarakat. Salah satunya melalui penyelamatan dokumen penting dengan cara digitalisasi, seperti memindai dokumen kertas menjadi arsip digital yang lebih aman dari risiko bencana.
“Hal sederhana seperti memindai dokumen penting dan menyimpannya dalam map aman bencana sudah sangat membantu masyarakat ketika terjadi keadaan darurat,” tambah Arisul.
Mahasiswa KKN UPGRIS juga diharapkan terlibat aktif dalam edukasi kebencanaan di sekolah-sekolah, mulai dari simulasi penyelamatan diri saat gempa bumi, cara berlindung yang aman, hingga membangun kesadaran untuk saling membantu saat bencana terjadi.
Lebih lanjut, Arisul menekankan pentingnya penguatan kelembagaan masyarakat melalui pembentukan atau pengaktifan kembali Desa Tangguh Bencana atau Kelurahan Tangguh Bencana.
“Kami berharap di seluruh 48 desa atau kelurahan lokasi KKN, mahasiswa dapat menginisiasi forum desa tangguh bencana yang melibatkan pemerintah desa, masyarakat, karang taruna, relawan, dan stakeholder lainnya,” tegasnya.
Dengan adanya forum tersebut, setiap desa diharapkan memiliki relawan dan sistem kesiapsiagaan yang jelas, sehingga masyarakat tidak panik dan lebih siap saat bencana terjadi. Arisul mencontohkan peristiwa longsor di Purbalingga yang terjadi tanpa hujan maupun angin sebagai bukti pentingnya pemetaan risiko bencana sejak dini.
“Mahasiswa kami harapkan mampu memetakan kerentanan bencana di wilayahnya, kemudian menginformasikannya kepada desa atau kelurahan untuk ditindaklanjuti, termasuk oleh BPBD di tingkat kabupaten atau kota,” pungkasnya. (pai)
