Pasca HBKN Idul Fitri 1446 H Inflasi Jawa Tengah terkendali

Semarang, UP Radio – Provinsi Jawa Tengah di bulan April mengalami inflasi sebesar 1,38% (mtm), lebih tinggi dari angka inflasi nasional (1,17%; mtm). Namun demikian, inflasi Jawa Tengah pada bulan April lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya (1,43%; mtm) menunjukkan tekanan inflasi yang lebih terkendali.

Secara tahunan, inflasi Provinsi Jawa Tengah sebesar 1,94% (yoy), sedikit lebih rendah dibandingkan inflasi nasional yang sebesar 1,95% (yoy).

Kepala perwakilan Bank Indonesia Propinsi Jawa Tengah Rahmat Dwisaputra melalui siaran pers BI Jateng menyebut secara spasial, seluruh kota pantauan inflasi di Jawa Tengah mengalami inflasi.

Advertisement

“Inflasi tertinggi berlangsung di Kab. Rembang dan Kota Kudus yang mencatatkan inflasi masing-masing sebesar 1,63% (mtm),” katanya.

Menurut Rahmat, penurunan tekanan inflasi disebabkan oleh deflasi pada Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau (andil: -0,08%; mtm) yang disumbang oleh komoditas cabai rawit, daging ayam ras, telur ayam ras, dan beras seiring dengan normalisasi pasca HBKN Idul Fitri 1446 H. Selain itu, deflasi daging ayam ras juga disebabkan oleh pasokan ayam yang berlebih seiring dengan jumlah produksi anak ayam/Day Old Chick (DOC) yang melebihi kebutuhan. Lebih lanjut, harga beras juga menurun seiring dengan periode masa panen padi di Jawa Tengah.

Sementara itu, peningkatan harga komoditas bawang merah menahan deflasi Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau lebih dalam. Kenaikan harga bawang merah disebabkan oleh panen bawang merah yang kurang optimal akibat penyakit janda pirang di sentra bawang Demak.

Di sisi lain, terjadi peningkatan tekanan inflasi terutama pada Kelompok Perumahan, Air, Listrik, dan Bahan Bakar Rumah Tangga (andil: 1,10%; mtm). Normalisasi tarif listrik pelanggan pascabayar kategori rumah tangga PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero) dengan daya dibawah 2.200 VA, menjadi penyebab utama tekanan inflasi pada kelompok tersebut.

Tekanan Inflasi juga terjadi pada Kelompok Perawatan Pribadi dan Jasa Lainnya dengan andil sebesar 0,16% (mtm). Tekanan harga terutama bersumber dari komoditas emas perhiasan (andil inflasi: 0,14%; mtm) seiring dengan peningkatan harga emas dunia.

Kenaikan permintaan aset safe haven oleh investor seiring dengan ketidakpastian global, mendorong peningkatan harga emas dunia. Ketegangan perdagangan global pasca kebijakan tarif impor oleh USA yang meluas, ekspektasi pelonggaran kebijakan moneter di sejumlah negara, hingga tensi geopolitik Timur Tengah dan Rusia-Ukraina berdampak kepada ketidakpastian global.

“Ke depan, untuk menjaga inflasi berada pada rentang sasaran, Bank Indonesia bersama dengan para pemangku kepentingan di daerah yang tergabung dalam Forum TPID Provinsi Jawa Tengah akan terus berkoordinasi dan bekerja sama melaksanakan berbagai program pengendalian inflasi,” tambahnya.

Program pengendalian inflasi tersebut ditujukan untuk menjaga kecukupan pasokan dan kelancaran distribusi barang/komoditas di Jawa Tengah sehingga inflasi dapat terjaga di rentang sasaran 2,5±1%. (shs)

Advertisement