Jakarta, UP Radio – Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menyatakan perang total terhadap mafia pangan dan praktik korupsi yang selama ini menggerogoti sektor pertanian. Ia menegaskan tidak akan ada ruang kompromi bagi para pelaku yang merugikan rakyat kecil dan merusak fondasi ketahanan pangan nasional.
“Kita tidak bisa main-main. Tidak boleh ada kompromi dengan mafia pangan. Kalau ingin Indonesia jadi negara maju, negara superpower, kita harus berani bersih-bersih dari sekarang,” tegas Amran.
Langkah bersih-bersih dimulai dari pembenahan internal Kementerian Pertanian (Kementan), hingga penindakan tegas di lapangan. Amran menyebut, Kementan tengah menata ulang rantai pasok dari hulu ke hilir, termasuk distribusi pupuk dan sarana produksi.

Salah satu kasus besar yang berhasil dibongkar adalah peredaran lima jenis pupuk palsu di Jawa Tengah, dengan potensi kerugian mencapai Rp3,2 triliun. Kasus tersebut kini tengah diproses oleh aparat penegak hukum.
Tak berhenti di situ, investigasi lintas lembaga juga mengungkap praktik oplosan beras oleh 212 merek dagang. Modus ini membuat beras kualitas rendah dijual sebagai beras premium, menyebabkan kerugian hingga Rp99 triliun per tahun. Jika dibiarkan selama satu dekade, negara bisa rugi hingga Rp1.000 triliun.
“Ini bukan hal kecil. Kita sedang berbicara tentang nasib petani dan jutaan rakyat miskin. Kalau harga beras naik Rp3.000 per kilo karena beras oplosan, siapa yang paling terdampak? Rakyat kecil. Ini tidak beradab,” ujar Amran.
Dalam 10 bulan terakhir, Kementan telah menyerahkan 260 kasus ke pihak kepolisian dan kejaksaan, termasuk skandal minyak goreng dan pupuk ilegal. Ia memastikan, penegakan hukum menjadi bagian dari reformasi birokrasi yang kini berjalan di tubuh Kementan.
“Reformasi di internal Kementan membuahkan hasil. Predikat WTP kembali diraih, indeks antikorupsi meningkat, dan kami diminta KPK untuk beri testimoni. Artinya, upaya kita diakui,” ungkapnya.
Untuk menekan gejolak harga dan menjamin akses pangan masyarakat miskin, pemerintah telah menyalurkan 360 ribu ton bantuan beras selama Juli, serta menyiapkan 1,3 juta ton beras dalam skema Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP).
“Stok beras nasional aman, ada 4,2 juta ton. Dalam waktu dekat harga akan kembali stabil. Kami pastikan rakyat tidak perlu panik,” kata Mentan Amran.
Dengan semangat perlawanan yang tak surut, Mentan Amran menegaskan komitmennya untuk terus berada di garis depan pemberantasan mafia pangan dan memperjuangkan petani.
“Selama saya masih dipercaya di Kementan, saya pastikan akan bersih-bersih. Kita tidak akan mundur,” tutupnya.
