Semarang, UP Radio – Prosesi Dugderan menyambut bulan suci Ramadhan tahun 2025 di Kota Semarang akan sedikit berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Hal ini lantaran adanya imbas dari Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 1 Tahun 2025 tentang efisiensi anggaran.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Semarang, R Wing Wiyarso mengatakan, sebagai bentuk kepatuhan dan ketaatan kepada pemerintah pusat, maka proseso Dugderan akan berbeda dengan sebelumnya.
“Kita lakukan efisiensi, yang mana setiap tahun kegiatan Dugderan selalu berlangsung dua sesi. Yang pertama Dugderan anak, menghadirkan arak-arakan anak-anak SD, SMP dan korsatpen yang biasa kita lakukan di Simpanglima. Namun harus kita efisienkan menjadi satu kegiatan saja,” ujar dia.
Menurut dia, kirab anak-anak akan dilakukan bersamaan dengan puncak kirab budaya prosesi Dugderan di Balaikota Semarang.
“Dugderan, merupakan tradisi tahunan yang menceritakan kota Semarang tempo dulu di era Kanjeng Adipati Purbo Aryodiningrat. Beliau mencanangkan tradisi Dugderan yang merupakan suatu bentuk dari keberagaman budaya yang ada di Semarang,” kata Wing.
Dalam prosesi Dugderan terdapat akulturasi budaya, adat istiadat, bahasa, etnis, agama yang melebur bersama-sama nyengkuyung menyambut datangnya bulan Ramadhan.
“Untuk tahun ini, tema yang diangkat Bhineka Tunggal Budaya dalam Harmoni Dugder 2025. Ini membuktikan bahwasanya kota Semarang memiliki realitas sebagai kota yang memiliki toleransi, memiliki akulturasi budaya yang sangat menghargai sesama, khususnya dalam menyambut Bulan Suci Ramadhan,” terang Wing.
Wing menegaskan jika efisiensi yang dilakukan merupakan bentuk kepatuhan dan ketaatan terhadap instruksi presiden, tetapi tidak melupakan sejarah dan tradisi ritual yang ada.
“Karena Dugderan ini merupakan tradisi ikoniknya kota Semarang, sekaligus bertepatan dengan pelantikan kepala daerah baru,” imbuhnya.
Sedianya, lanjut Wing, prosesi dugeran berlangsung pada tanggal 27 Februari 2025 atau H-2 Ramadhan. “Nah karena kegiatan ibu Walikota bersamaan dengan kegiatan retret atau pembekalan kepala daerah yang dilakukan setelah pelantikan pada 21-28 Februari 2025. Sehingga yang rencana Dugderan dilakukan pada 27 atau H-2 akhirnya disepakati diudur 28 Februari,” terangnya.
Jadwal tersebut merupakan hasil putusan dari rapat koordinasi dengan pihak terkait seperti dari Masjid Agung Semarang, Masjid Agung Jawa Tengah, termasuk dari Pemerintah Provinsi.
“Nah ini yang jadi kendala, karena Jumat yang merupakan hari pendek. Karena ada kegiatan Jumatan yang dilaksanakan oleh kaum muslim pria sehingga Dugderan ini durasi waktunya sangat ketat,” papar dia.
Ia menyebut jika prosesi Dugderan tetap akan berjalan sebagaimana semestinya selama ini, tetap ada kirab budaya, dengan arak arakan dari Balaikota Semarang.
Prosesi diawali dengan upacara di Halaman Balaikota Semarang. Walikota Semarang baru, Agustina Wilujeng Pramestuti bertindak sebagai Kanjeng Mas Ayu Tumenggung Purbodiningrum, Adipati Kota Semarang akan memimpin upacara. Prosesi berlanjut dengan pemukulan bedug sebagai tanda mulainya pawai arak-arakan peserta Dugder.
“Ada prajurit Patang Puluhan, termasuk prajurit berkudo yang mengawali proses kirab budaya ini. Rombongan ibu Walikota dan pak Wakil Walikota serta Muspida yang menggunakan kereta kencana,” kata dia.
Pawai dimeriahkan oleh berbagai komunitas seperti komunitas Tay Kak Sie, lintas etnis, termasuk perempuan berkebaya. Ada pula Ormas seperti NU, Muhammadiyah yang makin memeriahkan acara.
“Sekaligus Dugderan anak akan kita gabung. Setelah prosesi pemukulan bedug oleh ibu walikota, menandai jalannya kirab budaya. 4000 anak akan berkesempatan tampil menunjukkan talentanya berupa flashmob di halaman Balaikota,” imbuh dia.
Setelah flashmob, lanjut Wing, anak-anak akan ikut pawai namun di barisan terakhir. Karena mereka tidak akan ikut arak-arakan sampai titik akhir dan hanya berhenti di depan Paragon. “Kasihan kalau anak-anak harus berjalan jauh. Mereka akan membubarkan diri di Paragon,” jelasnya.
Sementara rombongan Kanjeng Mas Ayu Tumenggung Purbodiningrum akan tetap menyusuri jalan Pemuda hingga ke Kauman.
“Sampai Kajman akan ada penyerahan suhuf kholaqoh. Yang biasanya di serambi masjid akan kita lakukan di lapangan alun-alun. Acara dilanjut dengan pembacaan suhuf kholaqoh, pengumuman tentang tibanya bulan Ramadhan yang nantinya akan dibacakan oleh ibu Walikota. Kemudian pembagian dan rebutan roti ganjel rel,” terangnya.
Tak sampai disana, prosesi Dugderan akan berlanjut dengan bergeser melanjutkan prosesi ke Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) yang diterima oleh bapak Gubernur terpilih.
“Kami terus ajukan event ini ke pemerintah pusat agar masuk kalender of event. InsyaAllah kementrian kebudayaan akan kami undang. Karena Dugderan ini merupakan salah satu budaya kearifan lokal yang hanya ada di Kota Semarang. Ini event besar pertama yang dilakukan oleh ibu Walikota sekaligus ajang perkenalkan kepada masyarakat,” katanya. (ksm)