Sekolah Berkebun Ceria, Ajarkan Urban Farming Untuk Masyarakat

Punya Jargon Satu Siswa, Satu Tanaman Berjuta Harapan

Semarang, UP Radio – Ketahanan pangan menjadi isu yang gencar dibahas pada saat ini. Ya salah satunya ditengah pandemi Covid-19, menjadi hal semakin digencarkan pemerintah salah satunya dengan urban farming.

Kelompok pemuda asal Semarang yakni Sekolah Berkebun Ceria, mengajak warga Semarang untuk terjun di dunia pertanian, usaha mereka pun diapresiasi Pemerintah Kota Semarang dan digandeng untuk memberikan pelatihan urban farming kepada masyarakat, seperti apa?

Wakil Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu menerima kedatangan anak-anak muda dari Sekolah Berkebun Ceria di kediamannya di daerah Bukit Sari Semarang.

Komunitas yang digawangi oleh Kemal Abdul Aziz, Luqman Hakim Satria, dan Wahyu Aditya Yunanto, langsung mempraktekkan didepan Mbak Ita (nama sapaan Wakil Walikota) tentang tata cara urban farming ataupun pertanian dilahan sempit, sebagai salah satu cara mewujudkan ketahanan pangan. Tanpa pikir panjang, koran ini pun langsung datang melihat langsung praktek yang dilakukan.

“Basicnya kami adalah mahasiswa lulusan pertanian. Gerakan ini sendiri, diawali dari mirisnya lahan pertanian yang semakin berkurang,” kata Kemal.

Karena memiliki visi yang sama, akhirnya Kemal mengajak dua orang temannya untuk membuat gerakan melalui Sekolah Berkebun Ceria pada 9 September lalu. Gerakan awalnya adalah masuk ke sekolah, yakni di SD N Ngaliyan 3 Semarang melalui ekstra kulikuler Paskibra dan Pramuka, yang kemudian disisipi kegiatan pertanian.

“Kita coba maksimalkan program pertanian ini, Alhamdulillah berhasil membuat sistem dari hulu ke hilir, yakni mulai dari penyemaian, pembibitan ,hingga paska panen,” jelasnya.

Ibarat simbiosis mutualisme, pemikiran ketiga pemuda ini ternyata mendapat dukungan dari guru, siswa dan orang tua siswa. Dengan fokus utama memberikan edukasi kepada siswa tentang pertanian modern di lahan sempit, misalnya bayam, sawi, selada, kangkung yang bisa diolah menjadi lauk atau makanan jadi.

“Di SD Ngaliyan 3 ini nggak ada kebun, akhirnya kita buat petak-petak kecil. Guru, siswa, dan orang tua kita ajak belajar berkebun dan panen secara langsung hasil tanaman seperti bayam dan kangkung,” paparnya.

Singkat cerita, setelah berjalan, akhirnya hasil pertanian ataupun benih yang ada kemudian dipasarkan. Sekolah Berkebun Ceria sendiri, memiliki 10 program, diantaranya adalah pelatihan berkebun, aquaponik, hingga yang sedang trend saat ini budikdamber.

“Kita juga punya produk unggulan, yakni Si Bucil atau Si Kebun Kecil, medianya diantaranya besek, media tanam dan lainnya. Program ini sendiri adalah sebuah program yang mengajarkan semua orang bisa berkebun atau bercocok tanam,” katanya.

Jika sebelumnya program urban farming hanya dilakukan di sekolah binaan, saat ini setelah digandeng Pemerintah Kota Semarang dan Dinas Pertanian Kota Semarang, sosialisasi dan pelatihan akan dilakukan semakin masif agar bisa menjangkau kalangan yang semakin luas.

“Lingkup awalnya memang sekolah, namun dengan dukungan dari bu Wakil nanti akan dilakukan dengan skup yang lebih luas. Kalau kendala tidak ada, Alhamdulillah semua support,” paparnya.

Dengan jargon, satu siswa satu tanaman berjuta harapan. Kemal mengaku jika siswa ini bukan hanya sekolah, melainkan kalangan atau masyarakat luas, dimana sebagai relawan ia memberikan ilmu kepada masyarakat, sehingga dengan tanaman yang ditanam bisa memberikan harapan yang baik yakni berkebun dirumah bisa mencegah krisis pangan.

“Saat ini biji atau benih kita kembangkan sendiri, ada yang kita jual ada yang dibagikan gratis. Karena program mandiri, memang ada modal awal, penjualan biji pun kita buat lebih murah agar bisa dijangkau semua kalangan. Ada juga yang kami gratiskan setiap hari Jumat sebagai program sosial,” jelasnya.

Kemal mengaku kedepan akan lebih getol melakukan sosialisasi dan pelatihan, apalagi pesan dari Mbak Ita, urban farming di Kota Semarang harus dikembangkan sebaik mungkin meski tidak memiliki lahan yang luas. Dengan kemajuan teknologi, pertanian modern tetap bisa dilakukan walaupun dilahan sempit. “Karena sebenarnya berkebun itu mudah, semua bisa dan punya manfaat besar untuk mewujudkan ketahanan pangan,” tegasnya.

Sementara itu, Mbak Ita mengaku sangat mengapresiasi langkah atau gerakan yang dilakukan oleh anak-anak muda dari Sekolah Berkebun Ceria, yang peduli akan kondisi pertanian yang ada di Semarang dan komitmen mereka mewujudkan ketahanan pangan.

“Kita ajak mereka berkolaborasi, kalau hanya dinas saja tidak akan bisa jalan untuk ngover semua area Semarang yang luasnya 372 KM 2. Kita butuh anak-anak muda seperti ini untuk mensupport program pemerintah,” tambahnya.

Dengan adanya urban farming, lanjut Ita, ketahanan pangan akan bisa diwujudkan. Apalagi jika semua lapisan masyarakat di Kota Semarang bisa menerapkan meskipun hanya di halaman, vertikal garden, aquaponik dan cara lainnya. “Nanti akan ada pendamping, kita kembangkan urban farming ini untuk ketahanan pangan di Semarang,” pungkas dia. (ksm) 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *