Semarang, UP Radio – Dias Andris Susanto dosen program studi pendidikan bahasa Inggris (PBI) Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni (FPBS) Universitas PGRI Semarang (UPGRIS), sukses melaksanakan ujian disertasi, dan meraih gelar Doktor ilmu pendidikan bahasa program Pascasarjana di Universitas Negeri Semarang (UNNES), Selasa (1/12).
Dias sukses mempertahankan desertasinya yang berjudul “Penggunaan Penanda Wacana Bahasa Inggris (Edm) yang Direalisasikan dalam Produksi Berbicara dan Menulis Mahasiswa Efl di Universitas: Perspektif Sosiokultural” dalam ujian terbuka yang dipimpin oleh ketua sekaligus Rektor UNNES Prof Dr Fathur Rokhman MHum didampingi sekretaris sekaligus Direktur Pascasarjana Prof Dr Agus Nuryatin MHum.
Ujian disertasi dipimpin langsung Keputusan tim penguji menyatakan Dias Andris Susanto lulus Doktor ke 550 lulusan UNNES. Doktor ke 107 lulusan pada prodi ilmu pendidikan bahasa PPs UNNES, dengan nilai A, IPK 3,81. Hasil ujian promosi doktor Dias sangat memuaskan.
Menurut Dias penelitiannya bertujuan untuk menginvestigasi para mahasiswa EFL dari program studi pendidikan Bahasa Inggris di Universitas PGRI Semarang dalam menggunakan dan memfungsikan penanda wacana Bahasa Inggris (EDM) produksi berbicara dan menulis mahasiswa dalam perspektif sosiokultural.
“Ada tiga permasalahan dalam penelitian yaitu, pertama bagaimana mahasiswa EFL menggunakan penanda wacana Bahasa Inggris fungsional dalam produk lisan dan tertulis. Kedua, bagaimana perspektif sosiokultural mahasiswa dan dosen EFL mengasumsikan dan menguraikan EDM dalam konteks lisan dan tertulis dan Ketiga, bagaimana dampak sosiokultural terhadap mahasiswa EFL dalam menjembatani penggunaan EDM dalam konteks lisan dan tertulis,” terang Dias.
Ia juga mengungkapkan perlunya mengeksplorasi secara deskriptif desain kualitatif terhadap produksi lisan dan tertulis dalam EDM dan pengaruh kendala sosial budaya yang mempengaruhi cara mahasiswa menghasilkan EDM.
Selain itu, lanjutnya, untuk mendukung visualisasi dan deskripsi data kualitatif, penulis menambahkan menerapkan alat penelitian kualitatif yaitu ATLAS.TI8. “Sampel penelitian ini adalah mahasiswa kelas speaking, kelas writing, kelas discourse, dan kelas sociolinguistics, terbagi dalam berbagai tingkatan/semester seperti; semester I, 45 siswa, semester III, 80 siswa, semester V, 85 siswa dan semester VII, 35 siswa. Objek penelitian ini terdapat 8 topik kegiatan lisan dan 5 topik kegiatan tertulis,” tambahnya.
Di hadapan para promotor Prof Dr Januarius Mujiyanto, Co-Promotor I Dr Dwi Anggani Linggar Bharati dan Co-Promotor II Dr Djoko Sutopo, Dias juga menjelaskan temuan dan diskusi hasil penelitiannya yaitu Penanda dominan dalam lisan EDM adalah <yeah> dan <okay> dalam fungsi referensial, alih-alih penanda dominan dalam tertulis adalah <and> dan <because> sebagai fungsi elaboratif.
Selqin itu perspektif sosiokultural yang memengaruhi mahasiswa dalam menggunakan EDM dominan adalah motivasi afektif dan sosial. Ketiga, kendala sosiokultural yang berdampak pada mahasiswa yang menghasilkan EDM dibatasi oleh batasan aspek pengaruh psikologi dan budaya mahasiswa. Keempat, tindakan empiris penggunaan EDM tidak selalu sama dengan produksi lisan dan tertulis yang mereka miliki, tetapi itu dipengaruhi oleh latar belakang pengetahuan yang mereka miliki terkait dengan EDM yang mereka tahu dan penguasaan topik.
Dias pun menyimpulkan hasil disertasinya menggambarkan bahwa fungsi EDM yang paling dominan dalam lisan adalah fungsi antarpribadi sebanyak 971 penanda dan secara tertulis adalah fungsi elaboratif sebanyak 1.989 penanda. Pengaruh sosiokultural yang mendukung mahasiswa dalam menggunakan EDM adalah faktor afektif seperti; motivasi mahasiswa dalam menguasai bahasa Inggris, penguatan mahasiswa untuk menguasai bahasa Inggris yang baik.
Rektor UPGRIS Dr Muhdi menyampaiakan rasa bangga dengan capaian Dias selaku dosen muda UPGRIS sukses akademik hingga berhasil raih gelar doktor.
“Dukungan lembaga atau UPGRIS secara nyata dilakukan hingga terciptanya kualitas pendidik atau dosen yang berkualitas unggul. Salah satunya dengan mendukung hingga dapat gelar tertinggi akademik doktor. Semoga dengan lulusnya Dias menjadi motivasi atau semangat bagi rekan dosen yang lain untuk terus belajar,” imbuh Muhdi. (shs)