Semarang, UP Radio – Semakin tumbuhnya dunia literasi di kalangan guru turut mengubah sistem dan model pembelajaran. Tidak lagi sebagai obyek, guru kini menjadikan murid sebagai subyek pembelajaran bahkan menjadikan murid sebagai sahabat. Agar semakin efektif, sekolah kini berlomba-lomba mendeklarasikan ramah anak.
Salah satunya SDN Plalangan 2 Kecamatan Gunungpati Kota Semarang, yang mendeklarasikan sebagai Sekolah Ramah Anak, pada Rabu (18/12). Selain dilakukan oleh para guru, Forkopimcam juga turut serta mendeklarasikan menciptakan ruang-ruang ramah anak. Kepala Sekolah SDN Plalangan 2, Ary Sotyarini, M.Pd mengatakan sudah semestinya anak merasa betah dan rindu dengan ruang kelasnya.
“Hal itu bisa terealisasi kalau gurunya juga bikin kangen siswanya. Jadi pemicu semangat belajar, tidak cemberut dan friendly,” kata Ary.
Deklarasi Sekolah Ramah Anak yang dilakukan SDN Plalangan 2 berisi tujuh poin. Yakni, Meningkatkan Keimanan dan Ketaqwaan menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab. Mewujudkan sekolah yang aman, sehat, hijau, inklusif dan nyaman bagi perkembangan peserta didik. Menghargai hak-hak anak, menjadi motivator, fasilitator sekaligus sahabat bagi peserta didik.
Deklarasi tersebut juga berisi tekad untuk menciptakan sekolah bebas dari vandalisme, kekerasan fisik dan non fisik. Menciptakan lingkungan sekolah bebasa asap rokok, minuman keras dan Napza.
“Kami juga bertekad membangun suasana sekolah sebagai komunitas pembelajar dan tempat pendidik setelah keluarga. Menciptakan lingkungan sekolah bebas pornografi dan Pornoaksi,” kata Ary.
Poin-poin tersebut sudah dia diskusikan dengan berbagai pihak termasuk seluruh guru di SDN itu. Dengan cara tersebut Ary berharap seluruh kalangan turut mendukung dengan memberi pemahaman bahwa anak bukan sekadar objek, tapi pelaku atau subyek belajar.
“Sekolah Ramah Anak SDN Plalangan 2 adalah bentuk pengabdian pada dunia pendidikan dengan sepenuh hati, orientasi pelaksanaan pembelajaran yang mengacu pada 8 SNP yang kesemuanya Ramah Anak,” tandasnya.
Untuk itu Ary juga terus mendorong peningkatan kualitas guru agar semakin kreatif dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan memperkaya literasi, memperbanyak ruang-ruang diskusi dan berkolaborasi. Jika kreativitasnya tinggi, lanjut Ary, akan memancing kemampuan siswa.
“Jadi bukan hanya anak yang sebagai subyek, guru pun sebenarnya juga subyek itu sendiri. Jadi harus sama-sama meningkatkan kompetensi,” katanya. (ksm)