UMKM Masih Menjadi Pondasi Ekonomi Jawa Tengah

Semarang, UP Radio – Profil bisnis di Jawa Tengah didominasi hingga kini tetap didominasi pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

Hasil Sensus Ekonomi tahap pertama oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Jateng setidaknya saat ini jateng memiliki 14,3 juta (98,98 persen) pelaku UMKM dan 1,02 persen atau 42,5 ribu pelaku usaha skala menengah dan besar (UMB).

“Kalau mencermati hasil sensus ekonomi tersebut memang sejatinya UMKM yang jadi pondasi ekonomi Jateng,” kata Kepala BPS Jateng Dr Margo Yuwono SSi MSi di Semarang, Senin (14/8).

Hal yang sama juga ditegaskan Deputi Kepala Kantor Wilayah Bank Indonesia Jawa Tengah Rahmat Dwi Saputra, dimana hasil riset BI menunjukkan, meski jumlah pelaku UMKM Jateng terbilang banyak, namun mereka belum sepenuhnya meraih kesuksesan saat memasarkan produk.

“Kami melakukan kajian tentang rantai distribusi pemasaran. Kalau kita lihat, ada tujuh hal yang kita sinyalir dalam rantai distribusi pemasaran. Mulai dari produsen sampai konsumen. Di tengah-tengahnya ada pengepul, supplier besar, distributor besar, dan pedagang grosir. Ternyata pengambil keuntungan terbesar adalah di level pengepul,” ungkap Rahmat.

Melalui hasil riset tersebut, Rahmat menyarankan agar pelaku UMKM tidak mengembangkan usaha secara individual, melainkan berkelompok atau membangun koperasi.

Penguatan kelembagaan bagi pelaku UMKM itu diharapkan mampu meningkatkan daya tawar mereka. Sehingga mereka bisa memperluas pemasaran tanpa melibatkan pengepul. Yakni melalui pemasaran online menggunakan teknologi informasi.

“Bagaimana meningkatkan bargaining power produsen adalah jangan mereka berusaha secara individual karena skala ekonomi mereka pasti rendah. Biaya mereka untuk membeli bahan baku dan biaya untuk memasarkan akan sangat mahal. Sehingga mereka butuh pengepul. Kalau mereka bisa bersatu dalam bentuk kelompok atau koperasi maka daya tawar mereka akan tinggi,” jelasnya.

Selaras dengan saran yang disampaikan oleh BI, Kepala Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Tengah Drs Ema Rahmawati MHum mengungkapkan, pihaknya akan melaunching e-commerce “Sadewa Market” yang menjadi wadah pemasaran online produk-produk UMKM. Para pelaku UMKM pun gencar diberikan pelatihan dan pendampingan agar terampil mengaplikasikan e-commerce tersebut.

“Kami akan me-launching cyber UMKM. Ini jadi rumahnya para pelaku UMKM. Juga ada pendampingan bagaimana pelaku UMKM meng-online-kan produk mereka dan mereka juga diajari cara berpameran,” ungkap wanita berhijab itu.

Ema mengacungi jempol pelaku UMKM yang antusias memanfaatkan teknologi informasi untuk memasarkan online produk-produknya. Seperti yang dilakukan oleh pelaku UMKM asal Pati, Ning Zhullya. Dia memasarkan kudapan kreasinya “stik sayur” melalui media sosial dan e-commerce.

“Saya produksi stik sayur. Kalau biasanya stik hanya menggunakan campuran seledri, kali ini saya inovasi dengan kombinasi brokoli, wortel, cabai, jagung. Saya pasarkan online pakai facebook, IG, WA, BBM, dan bukalapak. Awalnya memang pemasaran online, lalu saya tawarkan juga secara offline ke toko-toko,” tutur Ning Zhullya.

Ning membeberkan, untuk pemasaran online dirinya menerapkan sistem minimal order untuk meningkatkan penjualan. Untuk membeli produknya secara online, konsumen harus memesan paling sedikit 25 bungkus stik sayur.

“Kalau beli online saya pakai minimal order 25 bungkus nanti ada bonus produk satu bungkus dan tester sehingga mereka lebih loyal dengan produk kita. Pasar kami cenderung ke Jawa Barat karena daya tawar mereka lebih tinggi,” tambahnya. (prov-shs)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *