Semarang, UP Radio – Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi mengharap adanya sinkronisasi data antar pemerintah daerah untuk mengelola potensi gelombang pemudik, di tengah ancaman penyebaran virus Corona di Indonesia.
Wali Kota Semarang yang akrab disapa Hendi tersebut menuturkan, adanya sinkronisasi data dapat mempermudah pemerintah daerah yang menjadi tujuan pemudik untuk melakukan skrining.
Untuk itu, dirinya menghimbau kepada pemerintah daerah yang menjadi zona merah, salah satunya DKI Jakarta, untuk lebih aktif melakukan pendataan pemudik dari hulu. Hal tersebut disampaikan saat meninjau pembangunan kamar isolasi di rumah dinasnya, Minggu (29/3).
Hendi sendiri menuturkan telah menyampaikan permintaanya tersebut kepada Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo agar dapat berkomunikasi lebih intens dengan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan.
“Saya sudah sampaikan ke Pak Gubernur, Pak Ganjar, agar ada koordinasi yang lebih aktif dengan Gubernur DKI, agar kemudian terjalin komunikasi yang baik. Di sana menyediakan data berapa yang berangkat ke Jawa Tengah, terutama Semarang, nanti kita di sini juga menyediakan data untuk kemudian dicocokkan,” ungkapya.
“Sinkronisasi ini harus dilakukan agar meminimalisir kesalahan di lapangan. Kalau sinkronisasi ini tidak ada, dikhawatirkan nanti ada sebuah kerepotan dalam pendataan,” tekan Hendi.
Sementara itu Wali Kota Semarang tersebut juga menegaskan terus melakukan himbauan kepada masyarakat agar tidak mudik pada saat – saat ini.
“Saya selalu sampaikan, baik melalui media sosial, statement resmi, maupun koodinasi internal untuk mencegah adanya gelombang pemudik, baik yang akan masuk ke Kota Semarang, maupun juga yang akan ke luar dari Kota Semarang. Perlu kerja sama dengan berbagai pihak, kalau hanya dari daerah yang menahan gelombang pemudik, tapi dari daerah asal migrasi tidak terbendung, tentu akan sulit,” tambahnya.
Di sisi lain, Hendi juga mengungkapkan dirinya telah menyediakan tempat karantina untuk masyarakat yang masuk dalam kategori Orang Dalam Pantauan, termasuk diantaranya para pemudik yang masuk ke Kota Semarang.
“Kita fungsikan gedung diklat milik Pemerintah Kota Semarang menjadi 96 ruang untuk karantina orang dalam pantauan (ODP), kalau terlihat ada gejala yang mengkhawatirkan akan langsung di bawa ke RSUD KRMT Wongsonegoro, dekat dari situ,” jelas Wali Kota Semarang tersebut.
Sedangkan untuk pasien dalam pengawasan (PDP) yang setelah dilakukan Rapid Test hasilnya negatif akan ditempatkan di ruang isolasi aula rumah dinas. Tapi kalau setelah Rapid Test hasilnya positif, kita tempatkan di ruang isolasi emergency, yang di Rumah Dinas saya ini juga disediakan. (ksm)