Kampung Melayu Menjadi Target Sasaran Revitalisasi

Semarang, UP Radio – Kawasan bersejarah di Kota Semarang ada empat, yakni Kota Lama, Kampung Melayu, Pecinan dan Kampung Kauman. Saat ini, revitalisasi yang telah dilakukan baru sekitar 25 persen, yakni di Kota Lama.

Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi menuturkan, setelah ini, akan dilakukan ke penataan wilayah lainnya. Salah satu yang menjadi perhatian yakni kawasan Kampung Melayu, karena meliputi kawasan Kuningan dan Dadapsari. Padahal mengacu SK Wali Kota Tahun 2014, dua kawasan itu masuk wilayah kumuh.

”Seperti revitalisasi kawasan Little Netherland, Kampung Melayu yang saat ini kondisinya relatif kumuh harus dapat ditata ulang menjadi daya tarik wisata Kota Semarang,” imbuh wali kota saat memaparkan inovasi Pemkot dalam penanggulangan wilayah kumuh, pada Lomba Hari Habitat tingkat Jateng.

Advertisement

Dikatakan, Kampung Melayu memiliki potensi wisata historis yang kuat. Salah satunya dengan adanya Masjid Layur yang dibangun pada 1802, serta adanya Masjid Sholeh Darat. Masjid Layur merupakan salah satu potensi yang nantinya dapat menarik wisatawan dari luar kota untuk datang ke Kota Semarang. ”Jadi saya optimistis, Kampung Melayu bisa menjadi daya tarik wisatawan, seperti halnya Little Netherland,” ujar pria yang akrab disapa Hendi ini.

Saat ini, telah disiapkan desain rancangan guna menjadi acuan penataan kembali kawasan Kampung Melayu sebagai bagian dari kawasan sejarah Kota Lama Semarang. Salah satunya tentang pembangunan infrasruktur fisik, seperti membangun gerbang kawasan, hingga penambahan ruang terbuka hijau.

Secara khusus, Hendi juga akan menerapkan konsep pembangunan Water Front City atau kota tepi air. Ini akan diterapkan dalam penataan bantaran Kali Semarang yang melintas di sepanjang Kampung Melayu. Caranya dengan membangun Deck View (pemandangan di atas kapal). Hendi berharap perluasan revitalisasi kawasan bersejarah mampu menjaga tren positif perkembangan Kota Semarang. Tren positif itu salah satunya, terkait pengentasan wilayah kumuh di Kota Semarang.

Saat ini telah dapat diupayakan secara masif. ”Sebagai gambaran pada 2014 tercatat kawasan kumuh di Kota Semarang luasannya berkisar 416 hektare yang tersebar di 62 kelurahan. Pada 2018 luasan tersebut berhasil ditekan menjadi 112 Hektar,” ungkap Hendi.

Menurutnya, tugas besar Pemerintah kota Semarang dalam penyelesaian wilayah kumuh tidak terlepas dari keberhasilan penanganan banjir dan rob. Secara statistik, pada 2011 tercatat 41% wilayah Kota Semarang merupakan wilayah rawan banjir dan rob. Kemudian melalui sejumlah upaya pembenahan sistem drainase, pada 2018 turun drastis menjadi 17,4%. ”Ini merupakan tren positif. Namun yang lebih penting bagi kami ini supaya masyarakat kemudian nyaman, senang, sehat, bahagia,” tegas Hendi. (ksm)

Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Advertisement