Mahasiswa PBI UPGRIS Diajarkan Materi Penerjemahan Berkualitas

Semarang, UP Radio – Mahasiswa harus memanfaatkan potensi diri dan keilmuwan dalam menerjemahkan suatu bahasa dari bahasa sumber ke bahasa sasaran. Pada umumnya, mahasiswa masih menerjemahkan suatu bahasa dengan menggunakan media, berupa google translate.

Tim pengabdian kepada Masyarakat Universitas PGRI Semarang (UPGRIS) menilai cara menerjemahkan perkata tanpa melibatkan konteks dan tata bahasa seringkali tidak sesuai dengan makna yang ingin disampaikan dan berdampak pada kualitas teks terjemahan mereka.

Tim pengabdian kepada Masyarakat Universitas PGRI Semarang (UPGRIS) yang terdiri Dr Arso Setyaji, Dr Jafar Sodiq, Faiza Hawa MPd dan Rahmawati S MPd mengadakan program pengabdian dengan pemanfaatan MT Tools untuk meningkatkan kualitas teks terjemahan mahasiswa prodi Pendidikan Bahasa Inggris UPGRIS baru-baru ini.

Advertisement

Koordinator tim penelitian Jafar Sodiq menjelaskan kegiatan dilaksanakan untuk menumbuhkan kompetensi atau kemampuan untuk para mahasiswa.

“Kompetensi yang harus dimiliki oleh penerjemah diantaranya kompetensi bilingual. Pengetahuan yang dibutuhkan oleh penerjemah terkait dua atau lebih bahasa yang diterjemahkan. Pengetahuan ini terkait kosa kata dan struktur gramatikal bahasa sumber dan bahasa sasaran,” tutur Jafar.

Selain itu, menurutnya penerjemah juga harus memahami kompetensi extralinguistik, pengetahuan penerjemah tentang social budaya kedua bahasa, pengetahuan domain tertentu dan pengetahuan ensiklopedik.

Selain itu kompetensi instrumental, kemampuan penerjemah dalam memanfaatkan alat bantu penerjemahan (translation resource) dan pemanfaatan teknologi informasi harus diterapkan untuk membantu proses penerjemahan.

“Tujuan dari kegiatan ini diantaranya memberikan pelatihan tentang pemanfaataan MT Tools untuk membantu proses penerjemahan. Selain itu, memberikan pelatihan tentang editing naskah terjemahan,” terang Jafar.

Pelatihan tentang editing naskah terjemahan ini diberikan untuk menghasilkan kualitas terjemahan yang lebih berkualitas karena hasil terjemahan sebelumnya masih bersifat kaku (word for word translation) sehingga harus disesuaikan dengan konteks dari teks yang diterjemahkan dan juga dengan kaidah kebahasaan dari bahasa sasaran.

Dalam pelaksanaanya pelatihan ini dilakukan secara blended, yaitu menggabungkan dua metode pengajaran baik secara luring dan daring.

Salah satu peserta Ratih Cahyatri menjelaskan pelatihan ini memberikan wawasan baru pelatihan tentang berbagai macam MT Tools yang dapat dimanfaatkan untuk membantu proses penerjemahan, serta bagaimana proses editing dilakukan dalam teks terjemahan untuk menghasilkan terjemahan yang berkualitas, berterima serta dapat dipahami oleh pembaca. (pai)

Advertisement