Data pemerintah terungkap saat ini angka kekurangan guru di Indonesia mencapai lebih dari 998 ribu guru di sekolah negeri.
Rektor Universitas PGRI Semarang Dr. Muhdi SH, MHum menilai pemerintah sudah semakin terbuka terkait angka kekurangan guru karena selama ini angka tersebut belum pernah diungkapkan secara kongkrit.
“Sekarang data kekurangan guru versi kementrian pendidikan dengan data PGRI sudah sama dan dapat digunakan untuk penyusunan program untuk memenuhi kekurangan tersebut,” ungkap Muhdi saat pelantikan lulusan Program Pendidikan Profesi Guru Sarjana Mengajar di daerah Terdepan, Terluar dan Tertinggal (PPG-SM3T) di Gedung Pusat UPGRIS (9/2).
Menurutnya sujumlah upaya dilakukan pemerintah untuk mempersiapkan penambahan guru diantaranya dengan program PPG SM3T, PPG Bersubsidi dan non subsidi dan juga mengangkat guru honorer.
“Dari kebutuhan tersebut pemerintah mentargetkan adanya pengangkatan 150 ribu guru ditahun 2018, namun PGRI diharapkan mampu memenuhi 100 ribu saja,” ujarnya.
Angka 100 ribu guru inipun dirasa masih sangat kecil bila dibanding jumlah kekurangan guru secara nasional, pasalnya setiap tahunnya sangat banyak guru yang memasuki masa pensiun.
Jika tidak dipersiapkan secara matang program pengangkatan guru baru dikhawatirkan kekurangan guru akan semakin meningkat.
“PGRI meminta daerah untuk berani mengambil langkah dengan mengangkat guru honorer yang ada dengan kebijakan apapun di luar ASN,” imbuh Muhdi.
Program PPG SM3T UPGRIS kali ini berhasil meluluskan 20 orang Guru bersertifikat yang nantinya akan siap ditempatkan.di daerah asal mereka yang tersebar di seluruh Indonesia.
Selain melantik guru baru UPGRIS juga meLaksanakan orientasi akademik bagi 39 orang peserta yang mengikuti program PPG SM3T dan 98 orang peserta PPG Persahabatan mensubsidi di Universitas PGRI Semarang. (shs)