PKL Makanan Taman Indonesia Kaya Harus Gunakan Styrofoam

Semarang, UP Radio – Ketua Paguyuban Pedagang Kaki Lima (PKL) Tahu Gimbal Taman Indonesia Kaya (TIK) Purwanto mengucapkan terimakasih atas perhatian dari Pemkot Semarang yang telah memberikan ruang bagi mereka untuk masih tetap bisa berjualan di sekitar Kawasan TIK, Kawasan Menteri Supeno, Mugassari, Kota Semarang.  

“Saya mewakili PKL Tahu Gimbal mengucapkan terimakasih kepada Pemkot Semarang yang dipimpin Pak Hendi bahwa kami saat ini masih bisa eksis di sekitar Taman KB. Kedua dengan Dinas Perdagangan Pak Fajar, beliau sangat baik sehingga kami di lindungi, tidak pernah ada garukan dengan  Satpol PP dan benturan dengan manapun,” tegas Purwanto kepada RMOL Jateng usai mengikuti sosialisasi PKL di TIK yang dilakukan oleh Dinas Perdagangan Kota Semarang.

Purwanto mengungkapkan, untuk saat ini dirinya dan beberapa rekan PKL Tahu Gimbal lainya akan berupaya untuk menerima dan mulai berdagang di sekitar TIK sesuai dengan ijin dan perintah dari Dinas Perdagangan Kota Semarang dimulai pada Sabtu (10/11).

Advertisement

“Untuk masalah shelter baru, kami akan menerima dulu. Kita menerima kita uji coba, kalau satu Minggu nggak jalan kami akan cari solusi, kami sidah  bosen mengadakan demo, nggak ada titik temu. Paling tidak dengan pemerintah kalah, ya kita cari solusi piye,” ujarnya.

Meski demikian, secara terbuka Purwanto mengaku pihaknya bersama rekanya merasa keberatan jika PKL Tahu Gimbal harus bisa menerapkan sistem berjualan dengan menggunakan styrofoam, sesuai dengan usulan Wakil Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu atau yang akrab disapa Mbak  Ita. Pasalnya, ciri khas kuliner khas Kota Semarang ini harus disajikan dengan piring dan dalam kondisi panas.  

“Kita PKL lama, ortodok, masih pakai piring, ikon tahu gimbal khan gitu mas. Tapai kalau terus diubah pakai styrofoam, pakai gelas, tidak boleh nyuci piring kan gini tidak ada lesehan gimana? Mungkin kalau enam bulan, lambat laun, sebentar mungkin ini kami bisa menerima. Tapi kami berusaha mencoba dulu, kalau tidak mencari solusi. Sebagai binaan Dinas Perdagangan kami akan  minta solusi terbaik bagaimana,” akunya.

Purwanto menambahkan, saat ini PKL Tahu Gimbal yang tadinya sebelum TIK dibangun ada sebanyak 48 shelter, kini sudah menjadi 42 shelter. Selain itu, ukuran antara luasnya shelter dan gerobak yang dipunyai PKL Tahu Gimbal tidak sesuai.  

“Kami PKL Tahu Gimbal ada 48, ada yang punya lebih dari satu, lebih dari tiga. Kalau kuota mencukupi Alhamdulillah, kemarin ada 42, dimana dicoreti yang punya lebih dari satu, ada yang tidak dipakai, ada yang tidak bertuan. Ukuran shelter untuk Jagung bakar 1,2 meter yang PKL  Tahu Gimbal ukurannya 1,5 meter, padahal gerobak kami itu panjang 1,75 meter inilah, kami kendalanya besar sekali tapi kami tidak mengeluh dulu lah wong kami belum mencoba,” pungkas Purwanto. (ksm)

Add a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Advertisement