Semarang, UP Radio – Jumlah penderita Covid-19 di Kota Semarang mencapai rekor tertinggi sepanjang masa pandemi Covid-19 yakni 225 orang. Hal tersebut disampaikan Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi, (8/6).
Hendi, sapaannya, menjelaskan, kenaikan jumlah penderita Covid-19 yang cukup signifikan tersebut lantaran selama masa pembatasan kegiatan masyarakat (PKM) jilid dua dan memasuki jilid tiga ini, pihaknya terus melakukan tes secara massal ke sejumlah area publik. Serta, dilakukannya tracking terhadap para penderita Covid-19.
“Masuk pasar, mall, pusat keramaian, anak muda nongkrong dimana, kami swab. Kelompok ormas, PKK, teman-teman Pemkot, kami lakukan itu terus. Harapan kami pada saat ditemukan klaster-klaster baru akan memudahkan kami melakukan sekat-sekat terutama memutus mata rantai,” terangnya.
Dari tes massal tersebut, sebut Hendi, ditemukan klaster baru yakni klaster pasar tradisional, swalayan, dan dua perbankan.
Dia pun memutuskan untuk menutup pasar yakni Pasar Karangayu mulai Senin hingga Rabu, Pasar Mangkang mulai Selasa hingga Kamis, dan satu toko swalayan.
Terkait toko swalayan tersebut, dia belum menyebutkan secara gamblang. Hanya saja, jika toko swalayan tidak menutup secara mandiri, pihaknya akan segera menutup paksa.
“Saya belum bisa menyebutkan nama toko swalayannya tapi dalam rapat tadi saya putuskan kalai yg bersangkutan pengunjungnya ada yang positif tidak mau menutup harus segera tutup paksa jangan sampai timbul pemikiran berat sebelah,” tegasnya.
Menurut Hendi, penutupan pasar selama tiga hari untuk dilakukan penyemprotan disinfektan sudah sangat optimal. Pasar tersebut harus dibersihkan agar pedagang lain maupun pembeli tidak turut tertular.
“Karantina yang dilakukan terhadap seorang manusia itu selama 14 hari karena masa inkubasinya katanya 14 hari. Kalau wilayah seperti pasar kami tutup tiga hari itu sangat optimal untuk penyemprotan. Begitu yang sakit diambil, dikarantina. Yang ada disini sehat, kalau tidak dibersihin tempatnya yang sehat bisa tertular,” jelasnya. (ksm)