TPID Jateng Pantau Terjadinya Kenaikan Harga Gula di Pasaran

Semarang, UP Radio – Kenaikan harga komoditas gula dipasaran hingga mencapai Rp 16.000 per kilogram telah menyebabkan terjadinya keresahan di masyarakat akhir-akhir ini.

Kenaikan harga gula tersebut dipengaruhi oleh menimnya pasokan gula dipasaran yang disebabkan oleh belum mulainya proses produksi gula dan belum masuknya gula impor.

Hal itu dibenarkan Kasi Distribusi dan Logistik Disperindag Provinsi Jateng Muktiyo Rini. Menurutnya, importasi masih dalam proses. Dimungkinkan, dalam seminggu ke depan barang akan turun.

“Penggilingan itu di akhir bulan Mei, stoknya tidak berani banyak karena harga naik. Jadi ada pesanan langsung kirim dan jual. Ketika importasinya sudah jalan dan sudah digiling (pengolahan raw sugar), harga akan kembali normal,” paparnya.

“Kalau menggelar pasar murah kita belum sampai ke sana. Namun TPID akan melakukan kunjungan ke produsen, untuk menyelidiki mengapa ada kenaikan harga gula,” ungkap Muktiyo.

Menyikapi adanya kenaikan harga tersebut, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Pemprov Jawa Tengah telah turun tangan. Tim TPID telah menelusuri penyebab harga gula yang mencapai Rp16.000 per kilogram, dari sebelumnya Rp12.500 per kilogram.

Penelusuran dimulai dari distributor, pasar tradisional sampai swalayan. Tim melakukan pemantauan di Pasar Pedamaran, Relokasi Pasar Johar, serta swalayan Ada, Rabu (4/3/2020).

Kabag Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM Biro Perekonomian Setda Provinsi Jateng Safitri Handayani mengatakan, berdasarkan pantauan, harga gula di pasaran memang merangkak naik, namun stoknya masih mencukupi untuk kebutuhan masyarakat. Namun dikatakan, saat ini stok gula di Jawa Tengah masih aman. Kenaikan harga lebih disebabkan kondisi psikologis, terkait rencana giling yang baru dimulai bulan Mei.

“Stok barang masih tersedia, tidak ada kesulitan. Harga naik sejak hari Jumat (28/2/2020), mencapai Rp16.000 (per kilogram). Ada kekhawatiran akan terjadi kelangkaan gula karena musim giling baru mulai pada bulan Mei. Selain itu ada juga mereka yang mengambil dari Lampung, karena jaraknya jauh (memengaruhi rantai distribusi),” ujarnya.

Safitri mengatakan, dari pantauan tidak ada penimbunan gula. Terkait kuota impor, Safitri menyatakan telah ada persetujuan kuota impor gula mentah (raw sugar) yang disetujui.

Ditambahkan, dari pantauan TPID, stok di distributor gula di Semarang masih berlimpah. Total ada 85 ton gula yang tersedia. Stok tersebut langsung didistribusikan kepada pembeli, karena distributor tak ingin menyimpan banyak barang, mengingat harga yang terus menanjak. (shs)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *